Selasa, 10 Juni 2014

MENGENAL SYEKH MUHAMMAD TAQIYUDDIN AN-NABANI DAN PEMIKIRANYA
Nama lengkapnya Syekh Muhammad Taqiyuddin bin Ibrahim bin Mustafa bin Ismail bin Yusuf An-Nabhani. Namun, ia lebih dikenal dengan nama Syekh Taqiyuddin An-Nabhani, Syekh Taqiyuddin An-Nabhani dilahirkan pada tahun 1909 di daerah Ijzim. Namanya dinisbatkan kepada kabilah Bani Nabhan, yang termasuk suku Arab penghuni padang sahara di Palestina.[1]
Ayahanya adalah seorang pengajar syariah di kementrian pendidikan palestina, beliau banyak belajar dari ayahnya yang merupakan seorang pengajar begitu pula ibunya yang mendapatkan ilmu dari ayahnya mengajarkan kepada sheik taqiyudin an-nabani, sekitar umur 13 tahun beliau mampu menghafalkan al-quraan dengan bimbingan ayah dan kakeknya.[2]
Disamping itu beliau mendapat pendidikan umum di sekolah dasar ijzim dan setelah lulus melanjutkan sekolah menegah pertama di Akko, dengan dorongan kakenya taqiyudi berhijrah ke mesir untuk melanjutkan sekolahnya di kairo dan mendaftarka di Tsanawiyah Al-azhar dan mampu menyelesaikan studynya dengan predikat yang sangat memuaskan. Kemudian beliau melanjutkan kuliah di unversitas Darul ulum merupakan cabang Al-azhar paa waktu itu.
Setelah mendapatkan ilmu yang beliau pelajari di kairo, beliau kembali ke palestina untuk mengajar di sekolah-sekolah di palestina, perjalanan hidupnya bukan hanya seorang guru setelah menjadi Guru beliau mengajukan permohonan untuk bekerja di mahkamah syari’ah, nampaknya beliau lebih suka bekerja di bidang peradilan (qadha).
Pemikiran Politik Taqiyudin An-nabani
Pemikiran dan gagasan politik Syaikh Taqiyyuddin juga tidak bisa dilepaskan dari pengaruh dua sosok guru dalam kehidupannya, yaitu kakek beliau Syaikh Yusuf an-Nabhani dan Syaikh Muhammad Khadir Hussein. Kedua sosok ini termasuk tokoh pembela Khilafah (anshâr al-Khilâfah) pada masa Daulah Utsmaniyah. Dari keduanyalah Syaikh Taqiyyuddin memahami hal-hal yang berkaitan dengan Khilafah dan pertentangan antar Islam dan Barat.
Meski pemikiran Syaikh Yusuf an-Nabhani banyak mempengaruhi pemikiran Syaikh Taqiyuddin, saat kembali ke Palestina beliau tidak bercorak sufi. Siapa saja yang mengkaji teks-teks pemikiran an-Nabhani pada tahap awal akan menemukan bahwa an-Nabhani cucu menempuh jalan yang berbeda dengan an-Nabhani kakek. Hal ini terjadi sebagai akibat benturan beliau dengan tsaqâfah Barat yang sedang mendominasi saat itu, juga sebagai akibat beliau terjun dalam urusan politik yang sedang bergejolak saat itu.
untuk mensosialisasikan pemikiran Islam politik sebelum mendirikan HT. Hal ini disebabkan oleh dua perkara: Pertama, pendudukan Palestina oleh Inggris yang disertai dengan migrasi kaum Yahudi secara massif ke Palestina. Hal inilah yang menyebabkan cita-cita awal Syaikh Taqi adalah bagaimana caranya memerdekakan Palestina. Atas dasar ini beliau menulis bukunya yang istimewa, Inqâdz Falistin (Membebaskan Palestina), dua tahun setelah Palestina jatuh ke tangan Yahudi.
Kedua, tumbuh-suburnya gerakan komunis dan gerakan nasionalis di negeri Syam sebagai pengaruh pemikiran Barat dan akibat tidak adanya gerakan Islam yang seimbang pada saat itu. Dari sini beliau banyak mengkritik gerakan Al-Ikhwan al-Muslimun. Berikutnya beliau mendirikan Hizbut Tahrir dengan bertumpu pada beberapa kader pergerakan di Palestina dan Yordania. Tujuannya agar partainya yang baru ini mengambil corak partai yang berbeda dengan partai-partai yang sudah ada.



[1] http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/02/27/m01yr3-hujjatul-islam-syekh-taqiyuddin-annabhani-pendiri-hizbut-tahrir-1
[2] ibid

BIOGRAPHY MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB DAN PEMIKIRANNYA
Muhammad bin Abdul wahab bin Najed ( lahir di najed tahun 1115 H / 11701 M ). Beliau merupakan pendiri gerakan Islam Wahabi, dalam sejarah hidupnya Abdul Wahab sering berpindah berpindah-pindah dari satu Negara ke Negara lain untuk berdagang diantara Negara yang pernah disinggahinya adalah Baghdad, Iran, India, Syam dia terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya.[1]
Pemikran Muhammad bin abdul wahab sangat terpengaruhi oleh seorang orientalis inggris oleh karena itu Wahab disebut sebagai Antek Amerika, karena pemikiran-pemikirannya yang ekstrem untuk memurnikan Agama bahkan mencela Nbi Muhammad Saw, pada waktu itu makam nabi di mekah mau dihancurkan dengan Wahab, wahab juga sering berpindah pindah Negara dalam menyebarkan pemikirannya namun tak sedikit yang akhirnya menolak dan mengusirnya.
Pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa’ud bangkit kembali mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Khilafah Turki Utsmani akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I.
Sejak itu, hingga kini, paham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global. Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi.

Sejak munculnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni yang sudah mapan. Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma’la (Mekkah), di Baqi’ dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur.
            Bahkan pemikiran-pemikiran wahabi itu sampai ke Indonesia di uin Jakarta ada seorang yang mengaku sebagai nabi. Lalu apa kaitanya dengan Amerika, barat merasa tidak nyaman akan tumbuh kembali kejayaan Islam dan berdiri Negara islam yang kuat yang akan meruntuhkan eksistensi Negara-negara maju seperti Amerika dan inggris oleh karena itu barat mendoktrin Abdul Wahab untuk memecah belah Islam.
            Penganut wahabi ini dengan pemikiran-pemikiran yang ekstrimnya ini sering mengkafirkan orang mereka tidak percaya dengan Nabi Muhammad Saw.